Inilah Penyebab Penyakit Tbc, Gejala, Dan Cara Pengobatannya
Inilah Penyebab Penyakit Tbc, Gejala, Dan Cara Pengobatannya
Image Source: doktersehat.com
TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB yaitu penyakit paru-paru akhir kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC atau Tuberculosis merupakan penyakit infeksi menular yang berpotensi serius yang terutama menyerang paru-paru.
Penyakit Tuberkulosis (TBC) yaitu penyakit menular yang sangat berbahaya. Penyakit ini sudah ada semenjak zaman dahulu dan populer sebagai silent killer. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, contohnya penderita HIV.
TBC akan menimbulkan tanda-tanda berupa batuk yang berlangsung usang (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah.
Sebenarnya, apasih yang menjadi penyebab TBC? Kenali cara penularan, gejala, dan pengobatannya di wajibbaca.com dalam artikel berikut ini.
Penyebab Penyakit TBC
Apa penyebab penyakit tbc? Sebelum Anda mengenali tanda-tanda TBC, hal penting lain yang juga dihentikan dilewatkan yaitu penyebab TBC. Tuberkulosis (TB) atau yang juga dikenal dengan penyakit TBC yaitu penyakit menular yang biasanya menyerang paru-paru.Penyebab TBC yaitu basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini terbilang ‘bandel’ sebab tak sekadar bersarang di paru-paru, namun juga di organ-organ lain selain paru-paru, mulai dari selaput otak hingga tulang.
TBC yaitu penyakit multisistemik dengan bentuk klinis yang bermacam-macam. TBC yaitu penyebab paling umum simpulan hidup di seluruh dunia terkait dengan penyakit menular.
Ketidakmampuan obat antibiotik terhadap penyakit TBC diakibatkan adanya koinfeksi dengan virus HIV yang sekarang semakin menyebar luas. Maka, rejimen deteksi dini HIV dan TBC saling silang, yaitu pasien yang terkena penyakit TBC wajib dicek HIV, dan pasien yang terkena HIV wajib untuk dicek TBC.
Guna terhindar dari kemungkinan terpapar basil TB, Anda harus sebisa mungkin menghindari kontak dengan hal-hal yang terpapar oleh basil penyebab TBC ini.
Tanda dan tanda-tanda penyakit TBC
Apa saja tanda-tanda penyakit tbc? Perlu ditekankan bahwa tanda dan tanda-tanda TBC paru pada anak dan sampaumur sangat berbeda. Pada anak, tanda-tanda TBC paru tidak perlu ada batuk, namun apabila tinggal satu rumah atau ada riwayat terpapar orang yang sudah lebih dulu mengalami tanda-tanda TBC paru, dan anak tersebut mengalami tanda-tanda TBC paru berupa gangguan pertumbuhan, penurunan nafsu makan, demam selama 2 minggu, maka sebaiknya dilakukan uji tes mantoux di rumah sakit terdekat.Sedangkan pada orang dewasa, citra klinis klasik terkait dengan tanda-tanda TBC paru aktif yaitu sebagai berikut:
- Batuk.
- Berat badan/ anoreksia.
- Demam.
- Keringat malam.
- Hemoptisis/ batuk darah.
- Nyeri dada (juga sanggup hasil dari perikarditis akut tuberkulosis).
- Kelelahan.
Beberapa tanda-tanda TBC lainnya juga harus selalu diwaspadai. Selain di paru-paru, penyakit TBC bisa menjalar ke organ lain menyerupai selaput otak yang disebut dengan meningitis TB, ke tulang yang disebut dengan penyakit Pott, ke organ akses kemih, ke sendi, dan sebagainya. Hal ini bergantung pada daya tahan dan kecepatan penegakan diagnosis antar pasien.
Gejala meningitis TB mungkin termasuk yang berikut:
- Sakit kepala intermiten atau terus-menerus selama 2-3 minggu.
- Perubahan status mental ringan yang sanggup berlanjut ke koma selama periode hari hingga hitungan minggu.
- Demam yang tidak terlalu tinggi.
Gejala TB tulang, yang disebut dengan penyakit Pott:
- Nyeri punggung atau kekakuan punggung.
- Kelumpuhan anggota gerak bawah bawah. Setengah dari pasien dengan penyakit Pott tidak terdiagnosis
- Arthritis tuberkulosis, biasanya hanya melibatkan 1 sendi (paling sering pinggul atau lutut, diikuti oleh pergelangan kaki, siku, pergelangan tangan, dan bahu)
Gejala TB genitourinari mungkin termasuk yang berikut:
- Nyeri pinggang.
- Disuria.
- Sering buang air kecil.
- Pada pria, massa skrotum menyakitkan, prostatitis, orchitis, epididimitis atau.
- Pada wanita, tanda-tanda menyerupai penyakit radang panggul.
Gejala TB gastrointestinal yang merujuk ke situs yang terinfeksi dan mungkin termasuk yang berikut:
- Nonhealing infeksi pada lisan atau anus.
- Kesulitan menelan (dengan penyakit esofagus).
- Nyeri perut menjiplak penyakit ulkus peptikum (dengan infeksi lambung atau duodenum).
- Malabsorpsi (dengan infeksi usus halus).
- Nyeri, diare, atau hematochezia (dengan infeksi usus besar).
Jika memang ditemukan tanda-tanda TBC tersebut, segera periksakan diri ke dokter. Nantinya, dokter akan menilik melalui serangkaian anamnesis (wawancara) maupun investigasi fisik. Temuan investigasi fisik yang terkait dengan TB yaitu tergantung pada organ yang terlibat.
Pasien dengan TB paru mungkin mempunyai tanda sebagai berikut:
- Napas tidak normal terdengar, terutama lobus atas atau tempat yang terlibat.
- Rales atau bronkial napas tanda-tanda, mengindikasikan konsolidasi paru.
Gejala TBC berbeda sesuai dengan jaringan yang terlibat dan mungkin termasuk yang berikut:
- Penurunan kesadaran hingga koma.
- Defisit neurologis.
- Chorioretinitis (radang pada retina mata).
- Limfadenopati.
- Lesi kulit.
Tidak adanya temuan fisik yang signifikan tidak serta merta menyingkirkan adanya suatu TB aktif. Semakin baik imunitas atau daya kekebalan tubuh, justru tanda-tanda dan tanda cenderung semakin terlihat.
Namun, semakin jelek atau lemahnya kekebalan tubuh, justru tanda-tanda dan tanda bisa tidak muncul. Hal ini justru yang membahayakan, sebab sering kali TBC yaitu penyakit yang gres menunjukkan tanda-tanda saat sudah muncul dalam derajat yang lebih berat.
Pasien yang cenderung mempunyai kekebalan tubuh lemah yaitu pasien HIV, pasien yang sedang menjalani kemoterapi, dan pasien kencing manis.
Diagnosis Penyakit TBC
Metode skrining untuk TBC yaitu sebagai berikut:- Tes tuberkulin Mantoux dengan purified protein derivative (PPD) untuk infeksi aktif atau laten (metode utama).
- Memeriksa dahak pasien pada pasien dengan tanda-tanda batuk.
- Serologi HIV pada semua pasien dengan TB dan status HIV tidak diketahui: individu terinfeksi HIV berada pada peningkatan risiko untuk TB.
- Rontgen dada untuk melihat citra paru pada pasien TBC.
- Jika hasil kultur basil tadi faktual terdapat basil TBC, maka harus diikuti dengan uji antibiotik apa yang cocok untuk TBC yang diderita pasien tersebut. Namun, biasanya tes ini dilakukan bila pengobatan TB lini pertama tidak mempan sehingga pasien dikategorikan ke dalam pasien yang gagal pengobatan lini pertama untuk tuberkulosis paru.
Sedangkan bila lesi di luar paru, maka pemeriksaannya lebih kompleks lagi yaitu meliputi:
- Biopsi sumsum tulang, hati, atau kultur darah.
- Jika meningitis TB atau tuberculoma dicurigai.
- Jika vertebral (penyakit Pott) atau keterlibatan otak diduga, CT atau MRI diperlukan.
- Jika keluhan seputar genitourinari, sanggup dilakukan investigasi urin rutin dan kultur urine.
Pengobatan penyakit TBC
Tindakan yang sanggup dilakukan untuk penanganan tuberkulosis paru adalah:- Idealnya, perawatan pasien TB yaitu diisolasi di sebuah kamar dengan tekanan negatif.
- Menggunakan masker sekali pakai yang cukup untuk menyaring basil.
- Lanjutkan isolasi hingga BTA negatif selama 3 kali berturut-turut investigasi dahak (biasanya sehabis sekitar 2-4 ahad pengobatan).
- Rejimen pengobatan tuberkulosis paru mempunyai beberapa kategori dan lini. Pada perkara TB pertama kali, pengobatan TB dilakukan selama 6 bulan. Pengobatan empiris dimulai dengan rejimen 4-obat isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol atau streptomisin.
Terapi ini akan diadaptasi berdasarkan hasil uji kerentanan dan toksisitas. Wanita hamil, anak-anak, pasien yang terinfeksi HIV, dan pasien yang terinfeksi dengan strain yang resistan terhadap obat memerlukan rejimen yang berbeda.
Pengobatan profilaksis yaitu pengobatan yang diberikan pada pasien yang belum tegak diagnosis TB nya, tetapi mempunyai potensi untuk tertular. Misalnya, ibu hamil yang serumah dengan suami yang TB, atau anak kecil yang orang tuanya tinggal serumah dan tertular TB.
Pertimbangan khusus untuk terapi obat pada ibu hamil mencakup berikut ini:
- Pirazinamid dicadangkan untuk perempuan yang diduga TB-MDR.
- Streptomisin sebaiknya tidak digunakan.
- Pengobatan profilaksis dianjurkan selama kehamilan.
- Wanita hamil yang mengkonsumsi isoniazid akan mengalami keracunan pada organ hati (hepatotoksik).
- Menyusui sanggup dilanjutkan selama terapi profilaksis.
Pertimbangan khusus untuk terapi obat pada bawah umur antara lain sebagai berikut:
Kebanyakan anak dengan TB sanggup diobati dengan isoniazid dan rifampisin selama 6 bulan, bersama dengan pirazinamid untuk 2 bulan pertama, tergantung pula dengan hasil kultur kumannya.
Untuk TB sehabis kelahiran, durasi pengobatan sanggup ditingkatkan hingga 9 atau 12 bulan.
Etambutol sering dihindari pada bawah umur sebab efeknya untuk mengganggu indra penglihatan.
Terdapat pertimbangan khusus untuk terapi obat pada pasien terinfeksi HIV berupa penyesuaian takaran dan rejimen obat yang dipilih.
Masalah utama dalam pengobatan tuberkulosis yaitu lamanya pengobatan sehingga tingkat kepatuhan pasien cenderung berkurang. Hal ini yang memicu resistensi kuman sehingga antibiotik awal tidak mempan.
Pasien yang mengalami resistensi disebut perkara TB-MDR. Pada perkara ini, pengobatan akan jauh lebih sulit, dengan durasi yang lebih lama, tingkat mortalitas yang lebih tinggi, dan obat tidak sekadar diminum, tetapi ada pula obat suntiknya. Penyebarluasan penyakit TBC lebih cepat sebab peningkatan perkara HIV dan ketidakpatuhan pasien dalam meminum obat TB yaitu penyebab utamanya.
Nah, itulah beberapa penyebab, gejala, tanda, hingga pengobatan penyakit tbc yang menjadi penyakit mematikan ini. Jika Anda mengalami tanda-tanda yang telah disebutkan diatas sebaiknya segeralah konsultasi kepada dokter.
Demikian informasi tentang apa yang menimbulkan penyakit tbc. Semoga bermanfaat.
0 Response to "Inilah Penyebab Penyakit Tbc, Gejala, Dan Cara Pengobatannya"
Post a Comment